Liputan6.com, Jakarta Di tengah derasnya digitalisasi, saat informasi hadir dalam bentuk video pendek, swipe cepat, dan algoritma personalisasi, buku cetak tetap bertahan. Ia tidak bersinar terang di layar gawai, tapi nyalanya tak pernah benar-benar padam di hati para pembaca.
Yogia Sembiring Meliala sudah melihat itu sejak awal. Pendiri CV Yrama Widya ini tak memilih jalan populer ketika membangun usahanya. Ia tidak berlomba membuat platform digital atau aplikasi belajar. Ia justru bertaruh pada sesuatu yang dianggap banyak orang usang, buku cetak.
“Saya percaya buku cetak tidak akan kehilangan tempat,” ujarnya. Keyakinan itu bukan lahir dari romantisme, melainkan dari pengalaman langsung melihat bagaimana buku cetak tetap jadi kebutuhan utama di sekolah-sekolah di luar kota besar, tempat koneksi internet masih terbatas dan perangkat digital belum merata.
Ia memulai usahanya dari nol, tanpa modal uang...